PARTISIPASI POLITIK
MENCAKUP INFRASTRUKTUR POLITIK MEWADAHI
PARTISIPASI
MODEL-MODEL PARTISIPASI DAN KEDEWASAAN MASYARAKAT
BERPOLITIK
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Menjelang
pemilu tahun 2014, wacana mengenai siapa calon presiden yang tepat memimpin
Indonesia, menjadi topik yang selalu menarik dibicarakan. Perbincangan mengenai
politik kini tidak hanya terjadi di kalangan anggota DPR, maupun para elit politik serta para akademisi di forum seminar atau
perkuliahan, tetapi juga terjadi di warung angkringan, tempat ronda, pasar dan
tempat-tempat berkumpulnya masyarakat. Sebagian masyarakat masih punya harapan
bahwa pemilihan presiden mendatang akan membawa perubahan bagi mereka, namun
sebagian yang lain sudah pesimis, karena
bagi sebagian mereka, pemilihan presiden hanya sekedar formalitas belaka yang
tidak membawa perubahan yang berarti bagi kehidupan rakyat, Masyarakat kita sudah mempunyai penilaian sendiri terhadap setiap
calon presiden, dan calon wakil yang hanya mementingkan partai politik yang membesarkan
namanya dan tidak menghiraukan nasib rakyat, bahkan banyak publik
figur yang
terkenal santun yang
terkena kasus korupsi sehingga rakyat merasa dikhianati .
Rakyat menilai dengan bergantinya presiden atau
anggota legislatif tidak akan serta merta mengubah nasib mereka yang selama ini terbelengu dalam
rezim penindasan yang tidak ketara yang mengakibatkan kesengsaraan dan
kemiskinan dimana-mana akibatnya banyak tindak kejahatan yang merajalela dan
para generasi muda bangsa Indonesia tersangkut kasus-kasus kriminal.
Di sisi lain, banyak masyarakat yang menggunakan hak pilihnya hanya
berdasarkan pada serangan fajar atau suap berupa uang atau sembako yang di
berikan menjelang pemilihan calon presiden dan calon legislatif, bahkan
masyarakat kita mudah terprovokasi sehingga mudah terjadi konflik antar
pendukung satu calon dengan pendukung calon yang lainnya.
Lalu
bagaimana sebenarnya kesiapan infrastruktur politik yang mewadahi partisipasi? Bagaimanakah model-model partisipasi
masyarakat dalam berpolitik, dan bagaimana pula menumbuhkan kedewasaan masyarakat dalam berpolitik?
BAB
II
DESKRIPSI
A.
Kesiapan infrastruktur politik yang mewadahi
partisipasi
Didalam suatu kehidupan politik rakyat, akan selalu ada
keterkaitan atau hubungan dengan kelompok-kelompok lain ke dalam berbagai macam
golongan yang biasanya disebut “kekuatan sosial politik masyarakat”. Kelompok
masyarakat tersebut yang merupakan kekuatan politik riil didalam masyarakat,
disebut “infrastruktur politik”. Berdasakan teori politik, infrastruktur
politik mencakup 5 (lima) unsur atau komponen sebagai berikut :
a. Partai politik (
political party )
Partai politik sebagai institusi mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan masyarakat dalam mengendalikan kekuasaan.
b. Kelompok kepentingan
(interest group)
Kelompok kepentingan (interest group), dalam gerak langkahnya
akan sangat tergantung pada sistem kepartaian yang diterapkan dalam suatu
negara.
c. Kelompok Penekan
(pressure group)
Kelompok penekan merupakan salah satu institusi politik yang
dapat dipergunakan oleh rakyat untuk menyalurkan aspirasi dan kebutuhannya
dengan sasaran akhir adalah untuk mempengaruhi atau bahkan membentuk kebijakan
pemerintah. Kelompok penekan dapat terhimpun dalam beberapa asosiasi yang
mempunyai kepentingan sama, antara lain :
a.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
b.
Organisasi-organisasi sosial keagamaan
c.
Organisasi kepemudaan
d.
Organisasi Lingkungan Kehidupan
e.
Organisasi pembela Hukum dan HAM
f.
Yayasan atau Badan hukum lainnya,
d. Media komunikasi
politik (political communication media)
Media komunikasi politik merupakan salah satu instrument
politik yang dapat berfungsi untuk menyampaikan informasi dan persuasi mengenai
politik baik dari pemerintah kepada masyarakat maupun sebaliknya. Media
komunikasi seperti surat kabar, telepon, fax, internet, televise, radio, film,
dan sebagainya dapat memainkan peran penting terhadap penyampaian informasi
serta pembentukan/mengubah pendapat umum dan sikap politik publik.
e. Tokoh Politik
(political/figure)
Pengangkatan tokoh-tokoh merupakan proses transformasi
seleksi terhadap anggota-anggota masyarakat dari berbagai sub-kluktur,
keagamaan, status sosial, kelas, dan atas dasar kesukuan dan kualifikasi
tertentu, yang kemudian memperkenalkan mereka pada peran-peran khusus dalam
sistem politik.
B.
Model-model partisipasi masyarakat
Satu isu terkadang dapat mengakibatkan aksi dalam berbagai bentuk. baik itu pro dan kontra dengan berbagai cara seperti kampanye, poster , aksi
legal, petisi, pertemuan publik, demonstrasi, boykot bahkan pembunuhan.
Partisipasi politik yang biasa adalah sebuah keterlibatan politik dimana
individu menyampaikan aspirasi politik melalui pejabat publik menggunakan
saluran partisipasi. Seperti pemilu, dan aktifitas kelompok kepentingan.
Sedangkan partisipasi politik yang tidak biasa adalah sebuah partisipasi
politik yang dilakukan masyarakat tanpa melalui elit politik ataupun melalui
aksi langsung. Ada beberapa cara yang umum dilakukan dalam partisipasi politik dan
mengeluarkan pendapat untuk memilih wakil-wakil yang kita kehendaki.
1. Voting
Voting (Pemberian suara) merupakan suatu hal yang umum dalam partisipasi
politik terutama dalam pemilu. Karena pentingnya pemilu sebagai bentuk
partisipasi, menjadi penting juga untuk mengetahui bagaiamana rakyat memilih
dan menggunakan suara mereka dan bagaimana suara tersebut berdampak terhadap
hasil dari pemilu
2.
Sistem pemilu
Ada beberapa cara penataan proses pemungutan suara, dan pemilihan sebuah sistem akan mempengaruhi hasil pemilu. Sistem pemilu yang sederhana dan paling mudah adalah dengan membagi negara menjadi distrik-distrik (kabupaten) dengan populasi jumlah penduduk yang kurang lebih sama dan memilih seorang wakil untuk duduk di badan legislatif tingkat distrik tersebut. Bilamana seorang calon mendapatkan suara terbanyak ia akan menang dan terpilih terlepas dari apakah suara tersebut sudah mewakili mayoritas masyarkat atau belum. Sistem ini dikenal sebagai sistem “distrik calon tunggal”.
Ada beberapa cara penataan proses pemungutan suara, dan pemilihan sebuah sistem akan mempengaruhi hasil pemilu. Sistem pemilu yang sederhana dan paling mudah adalah dengan membagi negara menjadi distrik-distrik (kabupaten) dengan populasi jumlah penduduk yang kurang lebih sama dan memilih seorang wakil untuk duduk di badan legislatif tingkat distrik tersebut. Bilamana seorang calon mendapatkan suara terbanyak ia akan menang dan terpilih terlepas dari apakah suara tersebut sudah mewakili mayoritas masyarkat atau belum. Sistem ini dikenal sebagai sistem “distrik calon tunggal”.
C. Kedewasaan masyarakat
berpolitik
Menghadapi pelaksanaan
Pemilihan Umum (Pemilu) 2014, masyarakat perlu meningkatkan kedewasaan dan
kesadaran berpolitik agar kualitas demokrasi semakin baik. Mengingat
perkembangan dan dinamika sosial politik menjelang Pemilu 2014 sangat tinggi,
seluruh pemangku kepentingan perlu mengendalikan kegiatan politiknya agar tidak
menganggu publik.
Kejadian-kejadian buruk
berupa kerusuhan yang terjadi pada pemilihan kepala daerah di Indonesia yang
selalu berakhir rusuh mengakibatkan kemunduran jauh ke belakang, baik dari sisi
kedewasaan dalam melakukan aktivitas politik maupun peran serta masyarakat
untuk menghancurkan sendiri fasilitas-fasilitas umum kantor-kantor
pemerintahan, yang pembangunan sebenarnya menggunakan uang rakyat yang di
pungut pemerintah lewat pajak dan di kembalikan kepada rakyat lewat pembangunan
infrastruktur bagi kepentingan orang banyak.
Harus
disadari, masyarakat lain harus dihormati pilihannya. Kalau ada kelompok lain
yang jumlah pemilihnya lebih besar, harus dihormati. Jadi kesadaran masyarakat
harus ditingkatkan. Tidak terbawa pengaruh anarkis akibatnya justru mencoreng
pesta demokrasi itu sendiri.
Dalam Pemilu 2014, peran
serta masyarakat dalam mengunakan hak pilihnya juga merupakan bagian dari pesta demokrasi.
Masyarakat harus dapat menentukan pilihannya yang baik dan sesuai dengan hati
nurani tanpa di arahkan untuk memilih salah satu calon hanya karena di berikan
imbalan baik itu berupa uang, sambako dan janji-janji manis para calon yang
belum tentu terealisasi, sehingga kualitas Pemilu akan lebih baik dan menghasilakan
sosok-sosok pemimpin yang berkualitas baik itu anggota legislatif serta
pasangan presiden dan wakil presiden yang dapat memenuhi harapan seluruh masyarakat
Indonesia.
Maka dari itu kita
sebagai warga negara yang baik harus selalu berperan aktif dalam menyukseskan
Pemilu baik pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden dan wakil presiden
tanpa mau di arahkan untuk memilih salah satu calon legislatif atau calon
presiden dan wakil presiden hanya karena sejumlah uang atau pun janji-janji
yang belum pasti yang hanya menjerumuskan ke jurang kemiskinan.
BAB
III
PENUTUP
D. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa peran serta masyarakat sangat
di harapkan dalam memberikan hak suaranya demi tercapanya cita-cita bangsa yang
selama ini belum terwujud akibat banyaknya pemimpin yang di anggap santun
terkena kasus korupsi dan dimana menimbulkan ketidak percayaan masyarakat
terhadap wakil-wakil rakyat. Karena masyarakat memiliki peran yang sangat kuat
dalam proses penentuan eksekutif dan legislatif baik dipemerintah pusat maupun
daerah. Di mana masyarakat kita sudah pandai dalam menentukan hak pilih kepada
para calon-calon yang akan membawa kemakmuran dimasa mendatang dengan
menghindari suap baik berupa uang atau sembako serta janji-janji pada waktu
kampanye yang entah kapan akan di tepati oleh para calon yang terpilih.
E.
Saran
1. Memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat agar masyarakat pahan terhadap politik dan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap
kegiatan politik termasuk pemilihan umum.
2. Mengadakan sosialisasi pentingnya
berpendapat atau mengunakan hak pilih demi tercapainya cita-cita bangsa dan
negara.
3. Masyarakat di himbau hati-hati bila
mana ada calon-calon yang mengunakan politik-politik kotor misal dengan
memberikan imbalan tertentu sesuai dengan arahan untuk memilih calon-calon atau
partai-partai tertentu.
4. Masyarakat dihimbau agar tidak
mempercayai akan janji-janji manis calon-calon atau partai-partai pada saat
berkampanye.
5. Para Pemilih jangan sampai terkecok
dengan tampilan para pemimpin yang kelihatan santun dan hanya pintar orasi
tetapi tidak bisa membawa aspirasi masyarakat dan hanya mementingkan diri
sendiri dan golonganya.
DAFTAR REFRENSI
No comments:
Post a Comment